Total Tayangan Halaman

5983

Sabtu, 26 Maret 2016

KATA KATA CINTA SAAT GALAU


21 OKTOBER 2015

Aku yakin...............

Mengapa kamu begitu keras?
Kamu begitu tak tergoyahkan. Menyelami dinding solid yang menampang di hatimu seperti melubangi sebuah batu dengan bermodalkan tetesan air. Namun dengan kesabaran, aku yakin suatu saat nanti hatimu akan runtuh juga.
Kamu bilang, jangan terlalu berharap. Saran yang baik, meski aku tidak terlalu suka itu. Aku hanya berusaha keras, sekeras hati kamu. Aku yakin, usaha sekeras apa pun tak akan cukup tanpa bantuan harapan dan keyakinan pelakunya.
Jangan remehkan cinta ini, sayang. Jangan siakan sabar ini. Dan ketika suatu saat nanti hatimu sudah berhasil kulubangi, cintaku akan menelusup bersatu bersama membran hatimu yang keras. Aku hanya ingin cinta kita menjadi cinta yang keras, tak tergoyahkan tetesan godaan mana pun.
Seperti kata Raesaka yang dimodifikasi, “Tuhan itu adil. Cinta yang hebat diminta bertahan hingga sekarat.”

Kucukupkan pada rindu saja
“mencintaimu adalah rahasiaku, yang tak
diketahui kamu, yang dimengerti rindu”
Kau masih ingat dengan tulisan ini? Pertama kali
kutulis saat akhirnya kita berbalas aksara; rindu,
kemudian tertulis rapi selanjutnya sebagai catatan
kenangan yang kini tersimpan di buku ingatanku.
Kau, bisa jika mau membuka dan membacanya
kembali. Ingat?
Mungkin kau lupa, maka kini kuingatkan kembali.
Bahwa pernah ada sapa di antara kita. Dan kuakui,
sungguh menyenangkan saat aksaramu kau
tujukan kepadaku, meski tanpa harus kau sebut
namaku. Aku tau, sebab kau pun menulis rindu di
baris kata-katamu. Kalau kuingat, betapa
mudahnya aku terlihat bodoh hanya dengan
membaca balasanmu. Sungguh, aku seperti anak
kecil yang dihibur ratusan badut lucu di depanku.
Bukan, bukan. Aku tak menyamakanmu dengan
badut-badut itu. Hanya saja, begitu mudahnya aku
terhibur oleh balasanmu. Ah rindu, sungguh
waktu itu sangat menyenangkan.
Kupikir, dari sanalah kita dapat saling mengenal.
Ketika tanpa sadar aksara mempertemukan kita.
Ya, benar. Aksara. Dari rangkaiannya, kita yang
entah siapa pada akhirnya bertemu. Lalu mencoba
menjabat nama sebagai rindu. Mungkin hanya aku
saja yang menganggapnya begitu. Aku ini perindu.
oh ya, terima kasih untuk ‘pagi’mu. Dari sana aku
mengenal begitu banyak puisi indah, gratis.
Mengenalmu tak pernah salah. Hanya saja, ada
yang harus kupendam untuk tak lebih dalam
terjerembab di dalam kamu. Sudah kupikirkan
untuk tak melanjutkan rasa yang melebihi rindu.
Cukup kucukupkan rindu, saja. Maka aku tak
pernah lagi menggiring rasa sebagai cinta. MAAF.
Untuk kesekian kalinya, surat kutulis kepadamu,
tanpa alamat tertuju. Lihat, betapa pengecutnya
aku. Menulis namamu sebagai tertuju saja tak
mampu, tak berani. Jujur, aku takut melihat
segalanya harus berakhir nanti. Birokrasi
keluargaku terlalu rumit untuk sebuah perbedaan
yang kuanggap kecil; iman. MAAF sekali lagi.
Pada dasarnya, aku tak pernah tau apakah ini cinta,
atau hanya sekadar rasa yang diperkuat asa.
Menempatkanmu di dalam dada sebelah kiri adalah
salah, jika pada akhirnya dengan sengaja aku
memilih pergi, seperti ini. Kau akan tetap menjadi
rindu.
“Kiraku tidaklah percuma aku mengenalimu lewat
aksara yang bernamakan rindu , ku yakinkan
nuraniku bahwa rinduku tak salah berlabuh
padamu.”...i love u

Entahlah
Bagi separuh hatirasa adalah segalanya
tapi bagi hati yang lain
rasa hanya bagian dari kesedihan
meski kadang semua berputar
terkadang sakit jadi senyuman
bahkan tak jarangaku menemukan senyuman
dalam tangis
tak ada yang bisa menahan rasa
apalagi menyalahkan rasaseolah rasa yang
berkuasa
atas hati atas perasaan
dimana kita seolah terinjak-injakmenjadi budak
namun apa yang bisa dilakukan?
terdiam, tak akan mendapat jawaban
menangis, bukan merupakan jawaban
meronta, akan semakin membingungkan
pasrah, menjadi semakin terinjak
lalu apa????
entahlah….

Teruntuk malam ini , aku menunggumu....
Malam ini dingin,bahkan sangat dingin
Hujan membuat suasana makin dingin
Angin kencang ikut serta menambah kedinginan
malam ini
Suasana menjadi sepi
Semua tidur,semua lelap,semua gelap
Aku masih terjaga dan aku sendiri
Aku terpaku menatap layar bergambar didepanku
Itu fotomu yang sedang kupandangi
Aku merindukanmu dan aku menantimu
Bagaimana denganmu ?Apa masih ingat denganku ?
Otakku terasa lelah karena berhitung
Ya…aku menghitung waktu
Aku menghitung tiap detik,menit,dan jam
tanpamu
Aku menanti hatiku yang gelap akan mendapat
cahaya
Cahaya itu adalah kamu
Aku menunggumu
Namun hatiku berkata ini sia-sia
Penantianku tidak akan berakhir malam ini
Mungkin esok,lusa,atau entah kapan kau baru
akan kembali padaku
Namun aku tidak peduli dan akan terus
menantimu
Aku ingin dinginnya angin malam ini
Menyampaikan rindu ini padamu
Aku ingin dinginnya angin malam ini akan
terbang ke kotamu
Dan menyampaikan bahwa disini aku sedang
menantimu

Kangen........
Teruntuk kekasihku..
Ada kangen di sini, aku memikirkanmu..
Saat tiada kita bertemu. Aku memikirkanmu.
Sesekali aku memejam, dan menemukanmu
tersenyum begitu dekat denganku. Hanya ada
kamu di sana, lalu aku mengambil sebuah kotak
bernama kangen, kuserahkan kepadamu.
Jika ini terdengar berlebihan, ya memang begitu
kenyataannya. Sulit untuk tidak melalukannya.
Kangenku selalu ada dan berlebih untukmu.
Di tempatku berada tadi hujan, seharian. Kau tahu
aku menyukai hujan, pun tentang kopi dan cangkir
kesayanganku. Biasanya, kau menghadiahi
pelukan, dan aku membalasnya dengan kecupan.
Terkadang kucuri satu kecup dari bibirmu. Aku
gemas tiap melihatmu tersenyum.
Aku mau kita sampai tua. Sampai kita jadi pelupa
dan saling lupa menyebut nama, tapi kita malah
tertawa.
Semoga, dan amin...

2 komentar: